Rabu, 11 Juli 2012

Jika Saja Malam Ini Ada

Bersama kebekuan raga didera gigil embun
Kutatap selembar ilalang yang berdiri di beranda rumah
Daunnya gemerisik, diterpa bayu
Seolah beribu tanya hadir dalam benaknya

Jika saja saat itu kau tak menghampiri
Aku mungkin tak disini
Meretas pilu,
Tuntaskan kembara yang mengembara tak tentu arah

Namun semua telah berakhir

Kini, aku berjalan menyusuri detak nadi
Lewat semburat bayang mimpi yang ada kamunya
Bersama kumpulan kunang-kunang di beranda
Dan selembar ilalang yang menyimpan beribu tanda tanya

Rangkumlah,
Jadikan olehmu kepingan isyarat, hingga tiada berkarat
Andai saja malam ini ada, tentu aku tak akan menantimu

Embun dan ilalang
Bayu serta kunang-kunang pun bersuara
Dan kamu, adalah malam yang kurindu

Di Kotamu

Di jalan mana lagi kudapatkan sungging senyummu
Adakah tempat selain disini, tempat kita menebarkan benih-benih mimpi

Mawar yang kuselipkan di kupingmu telah rebah ditanah yang basah
Jatuh tanpa alas bersamaan dengan mengeringnya darahku

Qalbu merintih, aku tertatih
Ketika ku hitung sebaris rindu
Di sini, di batas senja
Saat aku kembali ke kotamu

Minggu, 01 Juli 2012

Kusebut Kau Jelita

Jelita, engkaukah itu ?
Yang bernyanyi di suatu malam temaram
Di suasana paling hening
Meremah sunyi menghitung degupan rindu

Merdu suaramu ah menggetarkan naluri
Takjub mataku memandang elok parasmu dalam bingkai puisi
Sungguh seperti melihat keindahan sesungguhnya dalam hidup

Jelita, lihat olehmu,, kaku mataku tak mampu mengerjap sedikitpun
Laksana bidadari dengan berjuta sayap, kau begitu anggun di sela gemulai tarian ilalang yang rebah dipelataran malam

Duhai Jelita, kau kini berdiri di pusara jiwa
Kau beri aku sebentuk cinta yang sederhana
Akan kutuang di jelaga semesta
Bagai kelembutan jingga di tepi cakrawala

Untukmu yang kusebut Jelita,
kucipta kata yang kupetik dari binar matamu yang kejora