Gemuruh nafas menggema di dadaku yang paling sunyi
Seiring kelebat hujan malam ini menghujam sinis namun tak mampu kucebis
Tiada kuasa kuredakan rintiknya yang kian meruncing bak sebilah renjana
Nyalang mataku mencari sudut tempat dimana kau letakan adaku
Kian jalang aku mengalur rindu diriuhnya jinggamu
Dingin merambah sukma,
Membuncah pecah ketika kau menjejak di tanahku yang basah
Rintik hujan, kau kah itu ?
Yang mengiramakan sendu pada kerling matamu yang kejora
Yang melagukan gamang pada garis alis binar, dan hitam bola matamu
Tak ada selengkung pelangi di lentik matamu, jika biru lebam masih tertinggal di pucuk sendumu
Tak ada indah atau setitik cahaya pun di bola matamu jika gamang selalu menghantuimu
: ahh aku ingin bergelayut diantaranya, lalu ku sibak hujan yang menggenang disudut mata dan lentik hitam bulu matamu,...
Bisikku dikala malam tak berbintang pada sekawanan kunang-kunang yang ingin segera pulang
Sepi langit yang semakin gulita, kini riuh oleh bising kilatan cahaya yang sesekali mendesing memekakkan telinga
Kunang-kunangpun berlarian
Namun, dingin masih mendekapmu yang enggan beranjak dari teras hatimu
Dhara, irama sendumu memecah keheningan malamku, pada sesobek kelam
Biar hujan temaniku saat ini,
Karena tiap rintiknya, kurasakan adamu dan kuingat isak tangismu di malam lalu.....
Minggu, 27 Mei 2012
Kusebut Namamu Jelita
kuharap, malam belumlah pekat...
Sebab ingin kutatah namamu yang masih melekat di hujung senja
Aku berlabuh di bingkai hatimu nan riuh
Pada sekumpulan huruf sepi, yang kugamit dari karamnya waktu
Pada jingga yang meninggalkan tapak jemari kaki, saat kuraih namamu di selasar gemintang yang paling terang
Aku melihatmu berayun, pada ranting malam
Yang sedang syahdu memetik dawai ditengah kerumunan kunang-kunang
Seakan mendengarkan khusyu, ketika engkau memainkan irama merdu
Tentangmu, segalanya tak terbatas, walau aku berdiri ditepian batas
Sekali lagi, kusebut namamu Jelita
Seketika itu pula, rindu menghujamku
Biarkan senyum mu terus berpendar, laiknya sebuah cahaya, menuntunku dari gulita kepada benderang
Hingga semua tersampaikan, dan tak ada batasan jeda, pun waktu bertekuk lutut di jemari kakiku..
Sebab ingin kutatah namamu yang masih melekat di hujung senja
Aku berlabuh di bingkai hatimu nan riuh
Pada sekumpulan huruf sepi, yang kugamit dari karamnya waktu
Pada jingga yang meninggalkan tapak jemari kaki, saat kuraih namamu di selasar gemintang yang paling terang
Aku melihatmu berayun, pada ranting malam
Yang sedang syahdu memetik dawai ditengah kerumunan kunang-kunang
Seakan mendengarkan khusyu, ketika engkau memainkan irama merdu
Tentangmu, segalanya tak terbatas, walau aku berdiri ditepian batas
Sekali lagi, kusebut namamu Jelita
Seketika itu pula, rindu menghujamku
Biarkan senyum mu terus berpendar, laiknya sebuah cahaya, menuntunku dari gulita kepada benderang
Hingga semua tersampaikan, dan tak ada batasan jeda, pun waktu bertekuk lutut di jemari kakiku..
Semesta Cinta Kita
Tahukah engkau Jelita ?
Semesta cinta kita terangkai di lembah hati yang padu!
Kita tak pernah terpisahkan
Kita adalah satu kesatuan, biar ku sapa rembulan yang terlelap di buaian malam,
Kesabaranmu membuatku bertahan
Bertahan dari jerit hati yang menagih rindu
Bertahan dari amukan gelora jiwa di sulur perdu
Kepada warnamu kuterjemahkan igauku
Lamunku biru menderu rindu
Dekap aku,pintaku!
Redakan gundah hati karena merindukanmu
Kau riuhkan aku, dari irama jiwa ketika aku tersudut sepi
Kau bangkitkan aku, kala gundah datang menghampiri
Bidadari, adalah engkau,! Kilaumu pancaran sejati
Aura wujudmu bening menjeling tajam halau galau di hamparan sudut sunyi
Aku ingin selalu merasakan detak jantungmu
Merasakan wangi ditiap hembus alunan nafasmu..
Semesta cinta kita terangkai di lembah hati yang padu!
Kita tak pernah terpisahkan
Kita adalah satu kesatuan, biar ku sapa rembulan yang terlelap di buaian malam,
Kesabaranmu membuatku bertahan
Bertahan dari jerit hati yang menagih rindu
Bertahan dari amukan gelora jiwa di sulur perdu
Kepada warnamu kuterjemahkan igauku
Lamunku biru menderu rindu
Dekap aku,pintaku!
Redakan gundah hati karena merindukanmu
Kau riuhkan aku, dari irama jiwa ketika aku tersudut sepi
Kau bangkitkan aku, kala gundah datang menghampiri
Bidadari, adalah engkau,! Kilaumu pancaran sejati
Aura wujudmu bening menjeling tajam halau galau di hamparan sudut sunyi
Aku ingin selalu merasakan detak jantungmu
Merasakan wangi ditiap hembus alunan nafasmu..
Aku Ingin Merangkulmu
Di altar malam,diseparuh purnama yang kelam
Kembali kurenungi arti dirimu di hidupku
Serupa riak-riak kecil yang menyentuh kalbu,
Membasahi nurani, menggenang jiwa
Masih kubaca garis wajahmu, pada kesunyian di separuh purnama yang temaram
Ada sayu bertutur gagu
Aku gugup menuliskan rindu, sebagai persembahan kerdilku
Biar kukatakan sayang,
Jangan kau rahasiakan wujudmu, bahwasanya ada sunyi melindap didasar hati
Dan, tak jarang pula kesal melagu
Menginginkan kau mengetuk sunyiku
Aku ingin tenggelam karam di hatimu
Selami kehangatan rasa yang kau beri di birunya cinta
Pada bahtera yang kita kayuh dan bina dikeluasan semesta,
Riuh alam berdendang sayang
Menertawakanku yang tengah meracau bimbang,
Rindu mendesau aku dikutuk waktu, di sebongkah renjana yang tak tahu malu
Aku ingin merangkulmu
: Masihkah ada sebilik ruang untukku yang tak padam
Pada hingar matamu yang menyala tajam
Lalu, tuntaskan kembara_ku hingga tak jalang....
Kembali kurenungi arti dirimu di hidupku
Serupa riak-riak kecil yang menyentuh kalbu,
Membasahi nurani, menggenang jiwa
Masih kubaca garis wajahmu, pada kesunyian di separuh purnama yang temaram
Ada sayu bertutur gagu
Aku gugup menuliskan rindu, sebagai persembahan kerdilku
Biar kukatakan sayang,
Jangan kau rahasiakan wujudmu, bahwasanya ada sunyi melindap didasar hati
Dan, tak jarang pula kesal melagu
Menginginkan kau mengetuk sunyiku
Aku ingin tenggelam karam di hatimu
Selami kehangatan rasa yang kau beri di birunya cinta
Pada bahtera yang kita kayuh dan bina dikeluasan semesta,
Riuh alam berdendang sayang
Menertawakanku yang tengah meracau bimbang,
Rindu mendesau aku dikutuk waktu, di sebongkah renjana yang tak tahu malu
Aku ingin merangkulmu
: Masihkah ada sebilik ruang untukku yang tak padam
Pada hingar matamu yang menyala tajam
Lalu, tuntaskan kembara_ku hingga tak jalang....
Langganan:
Postingan (Atom)