#1 sudah punahkah katakata itu?
tertelan amarah yang mereka pun tidak tahu
Hanya, gemuruh dalam dadamu yang bergelayut manja di relung semesta
memaksa tungkaiku tuk terus berjalan lewati labirin kesunyian menuju pengasingan
sudah larut,kau masih saja diam,
tak sepatah kata pun kau ucap
Lihatlah aku, bersenggama dalam angan
menanti kabar tuk tema mimpi malam
#2 sungguh, tidaklah sepi langit sore, kulihat begitu riuh beranda jinggamu,
kuyakin ada selusin bahasa indah yg kau sembunyikan dibalik sayapmu
namun, hanya sebongkah desah udara malam di balik kabut basah
menghalangi tatapan bersekat hitam nan muram, cahaya nan kelam
berselimut awan tak hujan,
tinggalah rindu mencabik pusara jiwa,.
#3 malam..gemerisik ranting syahdu memecah keheningan
terdiam renungi makna diri
hanyut dalam seribu lamunan
memandang cakrawala yg hitam mengkelam
seolah merasuki jiwa dengan belaian symfoni tanpa nada..
aku tiadalah berdaya dalam genggaman-Nya..
ya Rabbi,khusukku dlm do'a
semoga terjawab yg ku damba..
Sabtu, 28 April 2012
Bait Sepi
Berlabuh di kesunyian jiwa..
mencari makna eja kata
dalam dunia yang tak ku mengerti
Sepi,
mencari makna eja kata
dalam dunia yang tak ku mengerti
Sepi,
Minggu, 22 April 2012
Dentang Waktu Kaukah Itu
Kulukis hidupku dengan jejak kenangan,
Ada rindu berbunga, derai airmata, dan doa
Di keluasan semesta, di kaki cakrawala
Kuterkenang pada pijar cahaya
tempat kita menghabiskan waktu di bawah rintik hujan,
Hadirkan pelangi di ufuk jingga
Kepada semesta itu kukatakan 'setiap dentang waktu adalah kau,yang tak pernah beranjak dari lamunan' ...
Ah,inikah igauan?
Melamunku pada sketsa sunyi
Wajah-wajah purba, sekarat kian berkarat
Dalam sepi aku terbuang,
Namun ada selarik senyummu tertinggal di sini
Disisi keruhnya nurani
Disimpang jalan sebuah ambisi
Di peradaban tandus dan semakin gersang
Di dinding kamarku yang kian berdebu
Adalah kau!
Mengusik ku dikesunyian abadi
Di ujung pengharapan pijar cahaya yang semakin memudar
Adalah kau!
Yang tak mau bersekutu dengan waktu
Di kusamnya kaki-kaki langit
Hingga saatnya tiba
Dimanakah hati ku pijakkan pengabdian?
Kepadamu,ahh entah.......
Biarkan waktu yang menemui jawabnya
Bukan aku yang menggali detik ke menit dan seterusnya..
Ada rindu berbunga, derai airmata, dan doa
Di keluasan semesta, di kaki cakrawala
Kuterkenang pada pijar cahaya
tempat kita menghabiskan waktu di bawah rintik hujan,
Hadirkan pelangi di ufuk jingga
Kepada semesta itu kukatakan 'setiap dentang waktu adalah kau,yang tak pernah beranjak dari lamunan' ...
Ah,inikah igauan?
Melamunku pada sketsa sunyi
Wajah-wajah purba, sekarat kian berkarat
Dalam sepi aku terbuang,
Namun ada selarik senyummu tertinggal di sini
Disisi keruhnya nurani
Disimpang jalan sebuah ambisi
Di peradaban tandus dan semakin gersang
Di dinding kamarku yang kian berdebu
Adalah kau!
Mengusik ku dikesunyian abadi
Di ujung pengharapan pijar cahaya yang semakin memudar
Adalah kau!
Yang tak mau bersekutu dengan waktu
Di kusamnya kaki-kaki langit
Hingga saatnya tiba
Dimanakah hati ku pijakkan pengabdian?
Kepadamu,ahh entah.......
Biarkan waktu yang menemui jawabnya
Bukan aku yang menggali detik ke menit dan seterusnya..
Seuntai Puisi Sejumput Kerinduan
Ku miliki sejumput kerinduan
Yang ku petik dari kejatuhannya embun pagi
Melintasi sepi,,dan sorak sorai kunang2 beranjak menepi
Aku hilang dalam kobar bayang rembulan semalam di tepian nurani
Angin yang meliuk lambai senada irama dalam balutan semesta
Pagi ini memaksa jiwa yang ringkih ini kembali dalam bejana nestapa
Mengejar bayang kembang paling mayang
Aku tak akan pernah berhenti menulisimu seuntai puisi
Meski tak indah,namun ku berharap ia bisa memberimu kebahagiaan
Seumpama hujan yang tak henti mericik
Membasahi bumi hatimu meski sepercik
Untuk mu, kan ku buatkan sebaris sajak yang kuambil dari separuh cahaya dari selengkung senja,dari malam yang keliru bertalu
Nikmati saja agar tiada kelabu
Sungguh
Aku merindukan mu, rindu yang dulu kau tebar di pelataran sukmaku
Membuat jiwa meradang
Luluh akan pesona setiap jengkal nada yang kau tuang..
Ahh Dinda ! Aku melafalkan kata2 yang tak sengaja terangkai
Dari hembusan nafas yang kian melemas
Merindukanmu tanpa batas
Dari wangi tubuhmu yang membius urat syaraf
Mencintaimu tanpa sarat...
Meski enggan, terimalah meski tiada kan berbalas
Yang ku petik dari kejatuhannya embun pagi
Melintasi sepi,,dan sorak sorai kunang2 beranjak menepi
Aku hilang dalam kobar bayang rembulan semalam di tepian nurani
Angin yang meliuk lambai senada irama dalam balutan semesta
Pagi ini memaksa jiwa yang ringkih ini kembali dalam bejana nestapa
Mengejar bayang kembang paling mayang
Aku tak akan pernah berhenti menulisimu seuntai puisi
Meski tak indah,namun ku berharap ia bisa memberimu kebahagiaan
Seumpama hujan yang tak henti mericik
Membasahi bumi hatimu meski sepercik
Untuk mu, kan ku buatkan sebaris sajak yang kuambil dari separuh cahaya dari selengkung senja,dari malam yang keliru bertalu
Nikmati saja agar tiada kelabu
Sungguh
Aku merindukan mu, rindu yang dulu kau tebar di pelataran sukmaku
Membuat jiwa meradang
Luluh akan pesona setiap jengkal nada yang kau tuang..
Ahh Dinda ! Aku melafalkan kata2 yang tak sengaja terangkai
Dari hembusan nafas yang kian melemas
Merindukanmu tanpa batas
Dari wangi tubuhmu yang membius urat syaraf
Mencintaimu tanpa sarat...
Meski enggan, terimalah meski tiada kan berbalas
Rabu, 11 April 2012
Kepada Rindu
kau tikam aku dengan rinduku
merebahlah dada di ufuk cahaya cinta
bisu sejuta kata membakar napasku
kau diam dalam sajakmu
angin yang melindap sepi pada pagi menceritakan pesona-pesona alam rayamu
disemesta dingin ini
kurengkuh jiwamu dalam hidupku
dan ketika harap itu bermunajat
Kuletakan engkau di selaksa jiwaku
Kerinduan,,, adalah kau yang membahagiakanku
Pondok Indah 12 April 2012
merebahlah dada di ufuk cahaya cinta
bisu sejuta kata membakar napasku
kau diam dalam sajakmu
angin yang melindap sepi pada pagi menceritakan pesona-pesona alam rayamu
disemesta dingin ini
kurengkuh jiwamu dalam hidupku
dan ketika harap itu bermunajat
Kuletakan engkau di selaksa jiwaku
Kerinduan,,, adalah kau yang membahagiakanku
Pondok Indah 12 April 2012
Minggu, 08 April 2012
Dhara Dalam Sebait Puisi
Hamparan taman berbunga simpan cerita tentang kita yang tak mampu bersekutu dengan waktu
Pada garis-garis tubuhmu yang rembulan,
serupa gemintang wajahmu hadirkan manja ditiap senyap sepiku
Adalah engkau bunga yang menopang separuh raga di lelara hatiku
Pada dirimulah aku titipkan sebongkah rasa, rasa yang turun dari hakikat cinta mendebarkan jantung, melemahkan nafas
Meleburlah aku di genang bait cintamu disetumpuk kata manja dan geliatmu
Kau lemparkan aku pada hamparan rindu yang tak berkesudahan menjejak ranah jiwaku begitu rupa mencumbu
Melukiskan kegelisahan dalam jiwa
menampar hingga bergetar Qalbu terkapar
Kan kurengkuh jiwamu dalam kesucian sebagai fitrah dari Sang Pencipta yang Maha Mencinta
Biarkan jiwa kita menyatu dalam besarnya gejolak rasa
Rasa yang kita gali di kedalaman hatiku hatimu
Rinduku tak akan pernah pudar,hingga hari memanggilku pada gundukan tanah tempat aku berasal...
Pada garis-garis tubuhmu yang rembulan,
serupa gemintang wajahmu hadirkan manja ditiap senyap sepiku
Adalah engkau bunga yang menopang separuh raga di lelara hatiku
Pada dirimulah aku titipkan sebongkah rasa, rasa yang turun dari hakikat cinta mendebarkan jantung, melemahkan nafas
Meleburlah aku di genang bait cintamu disetumpuk kata manja dan geliatmu
Kau lemparkan aku pada hamparan rindu yang tak berkesudahan menjejak ranah jiwaku begitu rupa mencumbu
Melukiskan kegelisahan dalam jiwa
menampar hingga bergetar Qalbu terkapar
Kan kurengkuh jiwamu dalam kesucian sebagai fitrah dari Sang Pencipta yang Maha Mencinta
Biarkan jiwa kita menyatu dalam besarnya gejolak rasa
Rasa yang kita gali di kedalaman hatiku hatimu
Rinduku tak akan pernah pudar,hingga hari memanggilku pada gundukan tanah tempat aku berasal...
Sabtu, 07 April 2012
Gerimis Dimatamu
Aku mendapatimu berayun
pada gugusan bintang
Di seketika kau melesapkan rindu
pada separuh bulan
Lalu kepada malam kau titipkan pagi
di gigilnya rasa
'ahh...sayang,
lekas kemari aku melihat gerimis dimatamu
yang kejora'
pada gugusan bintang
Di seketika kau melesapkan rindu
pada separuh bulan
Lalu kepada malam kau titipkan pagi
di gigilnya rasa
'ahh...sayang,
lekas kemari aku melihat gerimis dimatamu
yang kejora'
Jumat, 06 April 2012
Aku Tanpa Hadirmu
Pada hujan yang rimbun mengembun
Lamat-lamat kudengar gerimis mengalun
Rengkah menggeliat mencipta derai air mata
'Tak jua sirna rindu melindap' ucap sang bayu yang bertiup sayup
Debaran rasa merayap di dasar dada
Lemas nafas kian meranggas,tak usai jua larik berucap
'Aku cemas jika kau tak datang' ucapku pada pijar tempatku bersandar
Mata teduhmu lembut mengabut,menampar bagai badai pada rinduku yang menumpuk
Sekilas saja kau mampu buatku tak berdaya
Jika kau tak basuh kerontang dahaga di rimbunnya gejolak rasa
Kau yang membawaku ditelaga kasih
Maka akulah yang akan merengkuhmu dalam balutan cinta..
Lamat-lamat kudengar gerimis mengalun
Rengkah menggeliat mencipta derai air mata
'Tak jua sirna rindu melindap' ucap sang bayu yang bertiup sayup
Debaran rasa merayap di dasar dada
Lemas nafas kian meranggas,tak usai jua larik berucap
'Aku cemas jika kau tak datang' ucapku pada pijar tempatku bersandar
Mata teduhmu lembut mengabut,menampar bagai badai pada rinduku yang menumpuk
Sekilas saja kau mampu buatku tak berdaya
Jika kau tak basuh kerontang dahaga di rimbunnya gejolak rasa
Kau yang membawaku ditelaga kasih
Maka akulah yang akan merengkuhmu dalam balutan cinta..
Langganan:
Postingan (Atom)